OLEH: SIS TAURUSIANINGSIH, S.Pd.
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Taman
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran bahasa Inggris yang paling lazim dilakukan di sekolah saat ini memiliki ciri-ciri berikut ini: materi ajar didasarkan pada buku teks, tindakan belajar sebagian besar tertulis, langkah pembalajaran diawali dengan penjelasan guru tentang satu atau dua contoh teks tentang isi dan unsur kebahasaan yang ada, kemudian Peserta didik mengerjakan soal-soal tertulis di dalam buku teks, dan akhirnya menghasilkan teks secara mandiri sesuai dengan contoh yang ada di buku teks dan penjelasan guru. Jika bahan dari buku teks dianggap kurang, ada sebagian guru yang menambahkan contoh yang diambil buku teks lain atau sumber lain. Namun guru pada umumnya beranggapan bahwa bahan atau teks dari sumber otentik biasanya terlalu sulit bagi Peserta didik, sehingga tidak banyak digunakan. Akibatnya, Peserta didik tidak terbiasa dengan teks-teks yang justru akan mereka temui di dunia nyata di luar kelas, apalagi menggunakan dan melakukannya. Dengan kata lain, ketika meninggalkan bangku sekolah, Peserta didik belum mampu berbahasa Inggris dalam arti yang sesungguhnya.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa proses belajar bahasa Inggris di sekolah telah terbukti menghasilkan sedikit lulusan sekolah menengah yang memiliki kemampuan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis dalam bahasa Inggris untuk tujuan nyata. Padahal mereka telah belajar bahasa Inggris sedikitnya selama enam tahun di sekolah. Nilai tinggi dalam ulangan, tes dan ujian ternyata tidak menjamin bahwa Peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita harus berani mengatakan bahwa pasti ada yang salah dengan tradisi pembelajaran selama ini, dan tidak ragu-ragu mencoba melakukan pendekatan lain, bahkan meskipun pendekatan tersebut belum pernah sama sekali dilakukan sebelumnya di sekolah. Kita harus mau mengubah mind set kita untuk lebih akomodatif terhadap pemikiran yang inovatif dan lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitasproses dan hasil belajar peserta didik.
Hasil pengamatan penulis saat mengajar di kelas VII-F SMP Negeri 1 Taman , ditemukan fafta bahwa kemampuan berbicara bahasa Inggris peserta didik masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan mengekspresikan ide dalam bahasa Inggris secara lisan sering terhenti di tengah pembicaraan, durasi bicara rata-rata di bawah 5 menit, menggunakan kosa kata sangat terbatas, kurang keberanian untuk memulai bicara dalam bahasa Inggris baik kepada guru maupun ke teman sekelas. Temuan penulis sebagai guru bahasa Inggris transactional interpersonal dan functional menunjukkan bahwa peserta didik hanya menjawab pada pokok gagasan saja, kurang dapat mengembangkan jawaban bahkan bertanya dalam bahasa inggris. Singkatnya jawaban yang diberikan peserta didik bukan menunjukkan keterbatasan ide, akan tetapi lebih pada kemampuan berbicara bahasa Inggris yang masih rendah
Snake and Ladder adalah permainan yang sudah di kenal peserta didik sebelumnya. Dalam domain/alamiah snake and ladder lebih menekankan peserta didik untuk menggunakan komunikasi verbal dari pada komunikasi visual dan motorik. Oleh karenanya menggunakan permainan snake and ladder yang dimodifikasi dalam pembelajaran bahasa Inggris perlu untuk dilakukan. Penulis melihat perlu untuk berupaya meningkatkan kemampuan bicara peserta didik dengan menggunakan permainan snake and ladder ini. Dengan permainan tersebut diharapkan dapat meningkatkan komunikasi verbal dalam bahasa Inggris sehingga kemampuan bicara peserta didik dalam bahasa Inggris dapat ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII-F SMP Negeri 1 Taman tahun pelajaran 2018/2019 semester ganjil, peserta didik berjumlah 32 yang terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 19 peserta didik perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan dua teknik, yaitu teknik tes dan non tes. Tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang telah diajarkan, yaitu untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Teknik non tes digunakan untuk mengambil data kualitatif, yaitu untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas peserta didik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meiputi kriteria keterampilan berbicara (speaking) yang meliputi aspek: pronounciation (ucapan), intonation (intonasi) dan fluency (kelancaran)
Hasil Penelitian Siklus I Pertemuan I
Hasil penelitian pada siklus I pertemuan I diperoleh hasil sebagai berikut: , dari aspek pronounciation terdapat 2 peserta didik yang mendapat nilai 1, dengan persentase 6.25,%, 14 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 43.75,14 peserta didik mendapat skor 3 dengan persentase 43.75% dan 2 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 6.25%.
Untuk aspek intonation, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 17 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 53.13%, peserta didik mendapat skor 3 ada 10 peserta didik dengan persentase 31.13% dan 5 peserta didik mendapat angka sempurna 4, dengan persentase 12.5%.
Sedangkan untuk aspek kelancaran, 2 peserta didik yang mendapat nilai 2, sekitar 6.25%, 15 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 47%, peserta didik mendapat skor 3 ada 13 peserta didik dengan persentase 40.63% dan 2 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 6.25%.
Siklus I Pertemuan 2
Aspek pronounciation tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 3 peserta didik mendapat nilai 4 dengan persentase 12.5%, 26 peserta didik mendapat skor 3 dengan persentase 81.25% dan 2 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 6.25%. Pada aspek intonation, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 2 peserta didik mendapat nilai 3 dengan persentase 6.25%, 24 peserta didik yang mendapat skor 3 dengan persentase 75%, dan 5 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 15.63%. Pada aspek kelancaran, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 7 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 21.88%, 9 peserta didik yangmendapat skor 3 dengan persentase 28.13% dan 16 peserta didik mendapat angka sempurna 4, dengan persentase 502%.
Siklus II Pertemuan 1
Aspek pronounciation tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 3 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 6.25%, 24 peserta didik mendapat skor 3 dengan persentase 75% dan 5 peserta didik mendapat angka sempurna 4, dengan persentase 12.5%. Pada aspek intonation, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 2 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 6.25%, peserta didik yang mendapat skor 3 dengan persentase 75% (24 peserta didik) dan 4 peserta didik mendapat angka sempurna 4, persentase12.5%. Dalam aspek kelancaran, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 5 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 16%, peserta didik yangmendapat skor 3 dengan persentase 16% (5 peserta didik) dan 23 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 72%.
Siklus II Pertemuan II
Pada aspek pronounciation tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1, 1 peserta didik mendapat nilai 2 dengan persentase 3.13%, 25 peserta didik mendapat skor 3 dengan persentase 78.13 % dan 5 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 15.63%. Pada aspek intonation, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1 dan 2 , 26 peserta didik yang mendapat skor 3 dengan persentase 81 % dan 6 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 12.5%. Pada aspek kelancaran, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai 1 dan 2, 4 peserta didik yang mendapat skor 3 dengan persentase 12 % dan 28 peserta didik mendapat angka sempurna 4, sekitar 87.5%.
- Pembahasan
Peningkatan keterampilan berbicara peserta didik siklus I pertemuan 1 dan 2 meskipun ketuntasan klasikal belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yakni 75 %. Karena keterampilan berbicara peserta didik pada tahap I masih belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yakni 75%, maka dilaksanakan siklus II dengan rencana perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pembelajaran pada siklus II menggunakan permainan snake and ladder terhadap keterampilan berbicara peserta didik. Berdasarkan hasil penilaian pada siklus 1 pertemuan 1 untuk aspek , pronounciation 3 peserta didik masih belum tepat, 24 peserta didik dengan sedikit kesalahan dan 5 peserta didik dengan ucapan yang sangat tepat. Pada aspek intonation, 2 peserta didik masih belum sempurna, 24 peserta didik dengan intonasi yang bagus dan hanya 6 peserta didik dengan intonasi sangat bagus. Pada aspek fluency, 4 peserta didik yang kesulitan, 15 peserta didik yang lancar berbicara dan 13 yang sangat lancar.
Pada siklus 2 pertemuan 2 hasil keterampilan berbicara peserta didik pada aspek pronounciation adalah 1 peserta didik masih belum tepat, 25 peserta didik dengan sedikit kesalahan dan 7 peserta didik dengan ucapan yang tepat. Dalam aspek intonation, 26 peserta didik dengan intonasi yang bagus dan hanya 6 peserta didik dengan intonasi sangat bagus. Pada aspek fluency, 4 peserta didik yang lancar berbicara dan 28 yang sangat lancar. Dari data tersebut, rata rata keterampilan berbicara peserta didik adalah 85.2%
Pembelajaran pada siklus 2 melalui permainan snake and ladder dengan penilaian pada keterampilan berbicara peserta didik. Pada siklus 2, rata-rata hasil belajar speserta didik pada pertemuan 1 adalah 72%, dan pertemuan 2 adalah 87.5%. Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat dikatakan bahwa ada peningkatan keterampilan berbicara peserta didik dari tahap siklus I ke tahap siklus II. Nilai keterampilan berbicara peserta didik pada siklus II sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal yang telah ditentukan. Peningkatan keterampilan berbicara peserta didik yang dicapai peserta didik dikarenakan perubahan yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas yakni memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa yang memiliki kemampuan berbicara belum tuntas dengan memberikan tanya jawab untuk mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari.
PENUTUP
Hasil kemampuan berbicara Bahasa Inggris peserta didik kelas VII-F SMP Negeri 1 Taman meningkat melalui permainan snake and ladder). Peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa dibuktikan dengan peningkatan persentase ketuntasan yang dicapai siswa. Persentase kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 65% untuk rata ratanya dan 16% untuk ketuntasan klasikal, pertemuan II mencapai 71% untuk rata rata dan 22% untuk ketuntasan klasikal. Pada siklus II pertemuan I rata rata nya mencapai 82.5% dan ketuntasan klasikaal mencapai 66%, dan pertemuan II mencapai 85.5% untuk rata rata dan 87.5 untuk ketuntasan klasikal.
Komentar